Bismillah.
Saat membuka loker kecil lemariku, disana kutemukan sebuah sarung tangan yang pernah ku jahit lagi dengan tanganku sendiri. Oh, indah sekali kisahmu, temani aku diwaktu ku yang istimewa, lalu menjaga tanganku daripada menyentuh/disentuh yang bukan mahramku. Terima kasih. arigato. syukran.. J
Saat membuka loker kecil lemariku, disana kutemukan sebuah sarung tangan yang pernah ku jahit lagi dengan tanganku sendiri. Oh, indah sekali kisahmu, temani aku diwaktu ku yang istimewa, lalu menjaga tanganku daripada menyentuh/disentuh yang bukan mahramku. Terima kasih. arigato. syukran.. J
Sehari menjelang wisudaku. Hari itu aku semakin khawatir karena belum juga
menemukan toko yang menjual sarung tangan putih yang bisa kupakai saat
penyematan cincin hadiah dari Universitas, lalu untuk dapat bersalaman dengan
Pak Rektor, dan siapa pun yang akan menyerahkan ijazah juga memindahkan
kuncirku. Akhirnya, sangat bahagia diriku ketika sebuah toko tak jauh dari
tempatku tinggal menjual apa yang ku cari. Namun, ternyata yang dijual
benar-benar kebesaran di jari-jari tanganku. Alhasil, karena siang itu
keluargaku datang dari desa dan juga sorenya kami pergi hingga malam untuk
menikmati kota Darussalam meski sesaat saja. Allah, selama perjalanan tetap aku
memikirkan sarung tangan. Gimana besok kalo gak ada sarung tangan, benar-benar
takut aku rusak keberkahan wisudaku yang sudah lama ku nanti. Akhirnya,
dapatlah ide malam itu untuk menjahit dan menggunting sarung tanganku. Allah,
sungguh bahagia.
Ketika mungkin diantara teman-temanku sibuk mencari salon untuk make up
atau berhias atau memasang sanggul atau jilbab yang dikreasi. Tapi sehari
menjelang wisuda justru aku gunakan untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga
tercinta yang sudah lama sekali tak pernah aku rasakan. Allah, sungguh indah.
Hingga saat malam ketika telah sampai dari pergi bersama mereka, aku justru
disibukkan dengan menjahit sarung tanganku. Bukan sibuk mau pergi subuh-subuh
ke salon. J
Alhamdulillah fikirku. Ibu tak menuntutku untuk ber make up atau berhias seperti
orang lain. Thanks mom.
Paginya pun, masih bisa menikmati tahajud dan membaca
Al-Qur’an, juga tak terburu-buru sholat subuh, bahkan masih bisa dhuha sebelum
pergi. Allah, sungguh terima kasih atas nikmat itu. Wisuda, dengan tetap
mengutamakan hal-hal kecil yang selama ini kita jaga supaya Allah tetap
memberikan keberkahannya sungguh lebih nikmat teman... sangat indah dan merasa
besyukur atas itu. Tetap menjaga kesyarian jilbab, tetap tidak tabbaruj, tetap
menjaga jabat tangan dengan rektor sekali pun, tetap terjaga ibadah. Lalu benar
selalu apa yang disebutkan Allah berulang-ulang pada surah Ar-Rahman, “maka
nikmat Tuhanmu manakan yang kamu dustakan?”.semoga membuat kita terus berfikir untuk terus menjaga komitmen yang telah dijaga...
semoga menginspirasi buat yang mau wisuda..